Pas lagi bawa binokuler ke kantor dan kebetulan sampai malem masih di kantor, beberapa teman ngajak ngliat bintang dari beranda lantai 5. Aku pun memasang binokuler lengkap dengan tripodnya. Kami pun mulai bergantian mengintip langit.

Aku tunggu komentar mereka. Ternyata gak ada komentar. Yang kulihat di kegelapan beranda malah ada sedikit raut kecewa di muka mereka. Sedikit banyak aku bisa menebak apa yang mereka pikirkan.

Mungkin mereka nggak enak mau bilang kecewa langsung ke aku. Oleh karenanya aku berinisatip nanya ke mereka, “Kenapa? Lu berharap binokuler gw yang pembesaran 10x ini bisa nggedein bintang di sono itu 10 kali lipat gedenya?”
“Emang kenapa Fai?”
“Ya, gak mungkin, lah. Kalo ngliat pake binokuler ato teleskop itu nggak bikin bintang jadi gede…, tapi jadi banyak. Liat aja noh, itu bintang kalo kita liat pake mata kita keliatan cuman satu sendirian, kan? Sekarang kalo diliat pake bino, ternyata di sekelilingnya banyak bintang lain, kan?”
“Tapi pas kemarin ngliat bulan pake bino ini kok bisa jadi cakep?”
“Ya, emang gitu, bino emang bisa nggedein bulan ‘ma planet-planet soalnya bulan ‘ma planet itu deket. Tapi kalo bintang itu jauh buanget. Cuma karena cahayanya kuat banget jadi kita masih bisa dapet sisa cahayanya berupa titik dari bumi ini.”

Jadi memang, fungsi binokuler atau teleskop itu sebenarnya bukan (sekedar) membesarkan, tapi yang paling utama adalah mengumpulkan cahaya. Kalo mata kita kan pupilnya kecil (baca: sempit). Untuk membantunya gathering light, maka dibuatlah alat mendapatkan cahaya yang ukurannya lebih gede (baca: luas) daripada pupil kita.
Nah, biar cahaya itu bisa masuk ke mata kita yang kecil, maka dipakailah lensa cembung atau cermin cekung sehingga cahaya yang didapatkan tadi bisa mengumpul (di titik fokusnya).
Setelah terkumpul itulah proses selanjutnya berupa pembesaran bisa dilakukan oleh lensa kedua. Setelah dibesarkan, barulah cahaya itu masuk ke mata kita.

Pembesaran baru dilakukan “setelah” cahaya dikumpulkan oleh lensa/cermin utama, oleh karena itu ukuran pembesaran tidak bisa dilakukan seenaknya sendiri tanpa memperhitungkan berapa banyak cahaya yang berhasil dikumpulkan oleh lensa/cermin utama. Kalau pembesarannya dilakukan lebih besar daripada kapasitas cahaya yang dikumpulkan, maka citra akhir yang ditimbulkan akan terlihat buram atau pecah.

Wallahu a’lam